Kamis, 28 April 2011

Sistem Manajemen Pemeliharaan dan Perbaikan

Masalah pemeliharaan dan perbaikan jika tidak ditangani dengan baik
akan menimbulkan banyak kerugian, antara lain:
- rugi waktu karena pekerjaan yang tertunda (akibat kerusakan
peralatan atau gedung atau sarana lainnya),
- produktifitas turun
- efisiensi turun,
- menambah biaya operasional, dan sebagainya.

Oleh karena itu perlu menerapkan sistem pemeliharaan & perbaikan
yang baik. Sistem pemeliharaan & perbaikan yang baik pada dasarnya
merupakan penerapan sistem manajemen untuk seluruh pekerjaan pemeliharaan
dan perbaikan.

Elemen Pemanas

Elemen pemanas bekerja sangat sederhana. Tidak seperti konduktor, elemen pemanas terbuat dari logam dengan tahanan listrik yang tinggi, biasanya paduan nikel-chrome yang disebut nichrome. Jika arus mengalir melalui elemen, tahanan yang tinggi ini mencegahnya dari aliran yang mudah (cepat); aliran ini akan bekerja pada elemen, dengan kerja ini akan menghasilkan panas. Jika arus mati, elemen secara perlahan menjadi dingin. Ada 3 jenis elemen pemanas: kawat, pita, dan batang.

Penggolongan Kebakaran Listrik

Kebakaran sering digolongkan menjadi kelas A, B dan C dengan

ketentuan sebagai berikut :


· Kelas A, yaitu kebakaran dalam bahan biasa yang mudah terbakar,
yang dapat dipadamkan dan didinginkan dengan jumlah banyak. Air
dapat mengandung dengan tambahan tertentu berupa bahan kimia
yang dapat memadamkan. Ketika menangani semua kebakaran
tindakan tenang dan cepat sangat penting. Kebakaran kecil dapat
dimatikan dengan beberapa ember pasir.
· Kelas B, yaitu Kebakaran dalam Zat cair, gemuk dan lain
sebagainya yang mudah terbakar. Pemadaman dengan busa zat
kimia yang mempunyai pengaruh menyelimuti, suatu jenis busa
terdiri dari gelembung karbon dioksida (CO2) murni dibawah
tekanan.
· Kelas C, yaitu kebakaran dalam peralatan listrik, arus listrik harus
segera diputus. Alat pemadam yang mudah menghantarkan arus
listrik seperti air tidak boleh digunakan. Suatu cara yang dianjurkan
ialah dengan menggunakan karbon dioksida (CO2) dalam alat
pemadam tangan.

Thermostat

Thermostat adalah sakelar yang mengontrol suhu, dalam komponen pemanas atau piranti pendingin. Thermostat digunakan di dalam pesawat dengan menggunakan kekang-bimetal, cakram-bimetal, atau suatu tempat yang berisi gas untuk mengontrol kontak listrik. Kerusakan pada thermostat kekang-bimetal dan cakram-bimetal dapat diganti. Thermostat isi gas kadang2 dapat diperbaiki secara profesional; dimana perbaikan adalah mungkin tetapi kebanyakan sedikit lebih mahal daripada menggantinya.

Untuk menentukan kembali sebuah thermostat masih berfungsi, bongkarlah pesawat untuk mengambil thermostat, dan testlah dengan tester aliran atau dengan AVO yang distel pada skala Rx1. Dengan melepas steker pesawat, kaitkan kekang tester pada salah satu lead ke thermostat dan tempelkan probe ke yang lain; atau tempelkan salah satu probe pada setiap terminal AVO. Tester aliran harus menyala atau berbunyi; atau AVO akan terbaca nol. Putar ke bawah pengungkit (dial) dari pengontrol suhu; Anda akan melihat titik kontak membuka pada thermostat. Thermostat akan menghentikan nyala atau bunyi jika kontak dibuka. Jika thermostat rusak, gantilah dengan yang baru dari jenis yang sama

MCB Miniature Circuit Breaker

Miniature Circuit Breaker adalah alat pemutus yang sangat baik digunakan untuk mendeteksi besaran arus lebih. Seperti halnya pada Thermostat Load Relay (dipelajari dalam motor control) MCB mempuyai Bimetalic; elemen jika terkena panas akan memuai secara langsung maupun tidak langsung yang diakibatkan dengan adanya arus mengalir, alat Bimetalic ini dibuat dan direncanakan sesuai dengan ukuran standar (arus nominal MCB), dimana dalam waktu yang sangat singkat dapat bekerja sehingga rangkaian beban terlindungi, MCB juga dilengkapi dengan magnet triping yang bekerja secara cepat pada beban lebih atau arus hubung singkat yang besar, juga dioperasikan secara manual dengan menekan tombol.

Karateriskrik arus waktu untuk jenis MCB, hampir sama dengan pengaman lebur oleh karena itu sering kali MCB dan pengaman lebur digunakan secara bersamaan.

Perlu diketahui pula kapasitas arus MCB tidak dapat dibandingkan dengan kapasitas putus pengaman lebur sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa setiap beban lebih dari 100 A harus dilengkapi dengan pengaman lebur.

Bimetal yang terdapat pada pengaman arus lebih, biasanya alat ini bekerja 250 c apabila temperatur ruang naik,maka salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menurunkan beban. Sehingga dengan diturunkannya beban berarti panas disipasi yang timbul akan berkurang.

Setiap MCB direncanakan untuk karakteristik arus waktu yang berbeda-beda. Perhatikan gambar dimana karakteristik H,L dan G ppad hal khusus MCB hanya dapat dibebani kira-kira 1,5 x arus kerja, misalnya pada lampu TL tegangan rendah dimana tidak dipasang kapasitor untuk perbaikan faktor kerja sehingga arus yangmengalir sangat besar dan menyebabkan triping MCB akan bekerja. MCB jenis G mempunyai titik triping yang besar.

Dampak sengatan listrik bagi manusia

Dampak sengatan listrik antara lain

adalah:

  1. Gagal kerja jantung (Ventricular
    Fibrillation), yaitu berhentinya denyut
    jantung atau denyutan yang sangat
    lemah sehingga tidak mampu
    mensirkulasikan darah dengan baik.
    Untuk mengembalikannya perlu
    bantuan dari luar
  2. Gangguan pernafasan akibat
    kontraksi hebat (suffocation) yang
    dialami oleh paru-paru
  3. Kerusakan sel tubuh akibat energi
    listrik yang mengalir di dalam tubuh
  4. Terbakar akibat efek panas dari
    listrik.

Tujuan dan Sasaran Sistem Manajemen K3

Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsusr manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Sejarah PUIL 2000

Peraturan instalasi listrik yang pertama kali digunakan sebagai pedoman beberapa instansi yang berkaitan dengan instalasi listrik adalah AVE (Algemene Voorschriften voor Electrische Sterkstroom Instalaties) yang diterbitkan sebagai Norma N 2004 oleh Dewan Normalisasi Pemerintah Hindia Belanda.

Kemudian AVE N 2004 ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan pada tahun 1964 sebagai Norma Indonesia N16 yang kemudian dikenal sebagai Peraturan Umum Instalasi Listrik disingkat PUIL 1964, yang merupakan penerbitan pertama dan PUIL 1977 dan 1987 adalah penerbitan PUIL yang kedua dan ketiga yang merupakan hasil penyempurnaan atau revisi dari PUIL sebelumnya, maka PUIL 2000 ini merupakan terbitan keempat. Jika dalam penerbitan PUIL 1964, 1977 dan 1987 nama buku ini adalah Peraturan Umum Instalasi Listrik maka pada penerbitan sekarang tahun 2000, namanya menjadi PERSYARATAN UMUM INSTALASI LISTRIK dengan tetap mempertahankan singkatan yang sama yaitu PUIL.